Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berduka. Salah satu kader terbaiknya, Taufik Ridho meninggal dunia pada Senin dini hari.
Mantan Sekretaris Jenderal PKS mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. “Iya meninggal tadi jam 01.00 wib,” kata Anggota DPR dari Fraksi PKS Sukamta saat dihubungi wartawan, Senin (6/2/2017
Rencananya, jenazah akan disemayamkan di masjid di kompleks perumahan dinas DPR, Kalibata, Jakarta Selatan.
Jenazah akan dimakamkan di Pesantren Lampu Iman, Karawang Barat, Jawa barat.
Kepergian Taufik membuat partai berlambang bulan sabit kembar itu berduka. Hal itu dinyatakan PKS melalui akun Twitter.
“Keluarga besar PKS berduka atas wafatnya Ust. M. Taufik Ridho (Sekjen DPP PKS 2013-2015 dan 2015). Semoga almarhum husnul khatimah,” cuit akun @PKSejahtera, Senin (6/2/2017). Sumber http://news.okezone.com
” SELAMAT JALAN BANG TAUFIQ “
Allah takdirkan. Guru, murobbi, sahabat dan orang terdekat saya, meraih cinta Allah terlebih dahulu dalam waktu berdekatan.
Beliau Allahuyarham, Ustadz Taufiq Ridla, Lc. Saya tak sempat lagi berinteraksi, kecuali saat beliau meminta saya memimpin shalat jenazah almarhum Ustaz Ali Utsman beberapa waktu lalu.
Saya persaksikan. Almarhum Ustadz Taufiq Ridla adalah orang shalih, muharrik dakwah, dan sosok panutan di jalan kebaikan.
Sepanjang hayatnya, selain aktif memasyarakatkan ekonomi syariah. Beliau adalah penulis lagu-lagu nasyid Shoutul Harokah. Juga munsyidnya sekaligus.
Bagi saya. Beliau memiliki sifat hamalah aufiya. Pemikul dakwah yang tuntas dalam menjalankan amanahnya. Menolak rangkap jabatan. Enggan pamer tongkat komando.
Demi fokus dakwah, beliau menolak dicalonkan menjadi Aleg. Padahal posisi beliau sebagai Ketua DPW Jabar dan Sekjen DPP PKS.
Beliau juga termasuk qaadah adzkiyaa. Saat berada di posisi qiyadah, cerdas dan lugas. Walau bagi beberapa kalangan, terkesan kaku dan menolak kompromi.
Allahuyarham juga memiliki hirasah (kewaspadaan) yang memadai, terutama dalam membentengi dakwah dari anasir-anasir yang hendak merusak dari dalam.
Kita patut mengacungi jempol, zaman jahiliyah seperti saat ini, beliau termasuk manusia langka: memilih mundur dari jabatan Sekjen sebuah partai Islam nasional.
Allahu yarham pun selalu menegaskan pentingnya senjata strategis yang layak dimiliki kader dakwah. Di antaranya, kader dakwah harus kaya.
Selama saya jadi murid. Kenangan terindah adalah ketika saya SMP, beliau menghadiahi kaset Nasyid Ghuroba dan buku-buku kecil (kutaib) berbahasa Arab.
Pun saat saya melakukan perjalanan ke Jordania lanjut Syiria. Saya dijamu beliau, rela meluangkan waktu demi berdialog dan bertukar pengalaman.
Sejak Ahad, saya hanya bisa menatap beliau di balik kaca ruang ICU RSCM. Saya hanya bisa menengadahkan tangan, mendoakan almarhum Allah karuniakan pahala mujahid.
Saya bertekad, fikroh dakwah dan spirit harokinya, harus terus menyebar dan mengakar. Fikroh sepenggal Firdaus untuk Indonesia, jangan sampai terbawa ke alam baqa.
Tulisan Ustadz Nandang Burhanudin
Leave a Reply