SEBUAH LITERASI SISI LAIN KAMPANYE TERBUKA YARIS DI GPD SALATIGA “
Reportactual.com – Gedung Pertemuan Daerah di pusat kota Salatiga itu dipenuhi dengan gemuruh semangat. Ribuan orang yang hadir menyerukan kata yang sama, “In syaa Allah menang, nomor dua, lanjutkan, coblos pecise!” Wajah-wajah optimis tampak jelas auranya, tak tertepis oleh lelah yang dirasa. Semangat menggelora itu semakin menggema karena orasi dari pemimpin dari panggung utama.
Lagu perjuangan berkumandang, yel-yel kemenangan diteriakkan, slogan dan tagline dilantunkan berpadu bersama kepalan-kepalan tangan tanda totalitas, acungan dua jari yang terangkat ke atas, serta lambaian gambar sang pasangan calon pemimpin kota yang terlukis di bendera kertas.
Riuh rendah suara dan keramaian itu tiba – tiba menghening tatkala suara berwibawa mengucap salam keselamatan. Hening itu semakin khusyuk menunduk, tatkala Al Fatihah bersama dilantunkan. Getar-getar penghambaan menelusup ke setiap relung jiwa, diikuti kesadaran bahwa sebesar apapun massa berkumpul sama sekali tak memiliki kuasa kecuali atas ridho-Nya.. Allahu Akbar ..!
“Iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’in.”, suara Kyai Makmun Al Hafidz yang memimpin doa itu tergetar.. Wajah-wajah tampak semakin khusyuk, memakna doa yang mereka baca. Dalam keadaan jiwa yang teraduk-aduk, kembali kalimat itu terlantun bersama..
“Iyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin.” Sebelas kali ayat ke lima surat Al Fatihah itu terlantun dengan sepenuh jiwa. Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan. Jiwa-jiwa hamba menunduk, tawadhu’, bertawakkal diri kepada Dia Sang Maha Penakluk..
Terangkai dengan Al Fatihah sebagai doa pembuka, doa-doa permohonan terlantun beriringan. “Ya Allah, jadikanlah saudaraku, Yuliyanto dan Haris sebagai pemimpin kota ini. Jadikan keduanya pemimpin yang adil.” Suara kyai Makmun yang telah uzur usianya tersebut kembali tergetar menyeru Rabb-Nya. Dengan bahasa Arab yang tertata permohonan itu mengetuk-ngetuk jiwa. Sang kyai yang juga seorang Hafidz Al Qur’an itu memohon dengan sangat, diaminkan para hadirin yang bersama terisak..
Mereka menengadahkan tangan meminta kemenangan kepada Tuhan. Mereka sadar, mereka tak memiliki kekuatan apa-apa. Hanya Tuhan yang memiliki kuasa. Mereka mengetuk pintu langit, memasrahkan ikhtiar kepada keadilan Sang Khaliq..” Istajib du’anaa Yaa Rabb ..”
Hari ini, hati-hati yang jujur menjadi saksi, bahwa pasangan calon nomor dua, bukanlah orang yang haus kuasa ataupun kekuasaan.. Mereka tulus mengabdi karena cintanya kepada Salatiga. Meski kampanye hitam menghantam, fitnah berkelindan menyerang, mereka tetap tenang, tetap santun tanpa cercaan dan sumpah serapah kepada lawan.
Kayakinan akan pertolongan Tuhan tertancap di dada, menguat seiring dengan hinaan dan hujatan yang dilakukan orang yang tak menyukainya..
Inilah pemimpin sejati, yang memaknai kepemimpinan tak lain sebagai ibadah untuk mengharap ridho Tuhan. Maka mereka tak sudi mencapai kemenangan dengan jalan-jalan kotor yang menodai langkah perjuangan. Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara yang baik. Mustahil manusia akan mulia di hadapan-Nya jika ia tak mau menempuh cara-cara yang diridhoi-Nya. Hanya kepada-Nya bertawakkal tertautkan. Hanya kepada-Nya pertolongan termohonkan.
Pengharapaan itu, membekaskan jiwa-jiwa sejuk yang terbasuh dengan air mata. Energi doa itu merasuk, menguatkan keyakinan. Menyadarkan diri agar tetap kuat ketika banyak yang melemahkan, agar tetap merendah hati ketika banyak pujian menghampiri. Karena sejatinya, kepempinan adalah amanah yang kelak harus dipertanggungjawabkan, kepada rakyat yang dipimpinnya juga kepada Tuhan yang memberinya kuasa.
Penulis Maria Khalisha ( Literasi Kabupaten Semarang )
Posting First by Reportactual.com / Photo ilustrasi by Leo Addalah Siwaraki
Leave a Reply