Reportactual.com – Jawa Tengah merupakan propinsi di Indonesia berpenduduk 33 juta lebih (data BPS Jateng 2012). Jika dilihat secara seksama maka diperoleh data peta kependudukannya maka diketahui bahwa kelompok umur 15-64 tahun merupakan kelompok produktif dengan komposisi paling besar diantara kelas umur lain. Kelas umur ini merupakan kumpulan para profesional bisnis dan politik, pegawai pemerintah serta swasta maupun pengangguran. Menurut pendapat saya, di kelas inilah produktivitas dan daya saing bangsa ini diukur.
Sehingga pendayagunaan sumber daya di kelas ini justru memerlukan maksimalisasi dukungan Pemerintah dan Swasta untuk menentukan nasib bangsa ini ke depan. Saya menyebut kelas ini merupakan tulang punggung prestasi bangsa ini. Reputasi kolektif masyarakat Indonesia yang dikenal oleh dunia sebagai bangsa yang ramah dan murah senyum, berkemajemukan budaya maupun agama, luas pulau dan jumlahnya belasan ribu, penduduknya yang lebih dari 250 juta dengan beragam potensi kemanusiaan, pemikiran, ekonomi ditentukan sebagian besar potensi prestasinya oleh kelas kelompok umur ini.
Namun di saat yang sama, persoalan pelik bangsa ini justru sebagian besar bersumber pada segmen kelompok umur 16-64 tahun. Junior kelas umur ini yakni remaja dan pemuda persoalannya pun beragam, mulai kenakalan remaja yaitu putus sekolah, tawuran pelajar, pergaulan bebas, prostitusi serta narkoba dan masih banyak lagi. Tak mau kalah, di menengah kelas umur ini ada juga pengangguran, konflik horizontal karena politik dan SARA, demonstrasi buruh dan serikat kerja, perselingkuhan dan perceraian, korupsi dan KKN, tawuran warga pun tak mau ketinggalan.
Sedangkan pada senior kelas ini sudah masuk pada usia purna tugas yaitu 55-64 tahun, meskipun secara pribadi saya kurang sepakat jika ada yang beranggapan pada usia tersebut orang berkurang produktivitasnya karena faktor usia dan aktivitas yang semakin menurun. Padahal di usia ini saatnya kita mendulang berbagai keberhasilan karena kematangan mental akibat kekayaan pengalaman hidup.
Maka diperlukan solusi untuk menjawab berbagai tantangan di atas. Kewajiban penulis sebagai warga negara yang baik memberikan sumbangsih dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Pemikiran penulis ini dimulai dari rasa keprihatinan terhadap kondisi negeri ini dengan beragam problematikanya.
Mulai dari indeks perkembangan manusianya yang relatif kalah dari bangsa-bangsa yang dulu pernah belajar Indonesia, namun sekarang malah melampauinya. Belum lagi budaya korupsi,kolusi dan nefotisme merasuk ke dasar-dasar kehidupan, kemiskinan tak merangkak turun dan berbuah kejahatan jalanan, kerusakan sistemik di bidang politik, ekonomi, serta sosial budaya. Seakan-akan tidak mungkin bangsa ini mampu bangkit menjemput kejayaannya di masa depan, hanya ada tersisa pesimisme atas semua upaya.
Setiap orang boleh pesimis tapi untuk membuat perubahan yang baik bangsa ini maka kita wajib optimis. Meskipun beda diantaranya tipis sekali. Sehingga sekecil apapun peran kita terhadap perubahan bangsa ini maka mulailah optimis, mulai melangkah dan menata target dari yang terkecil dan mulai dari diri sendiri serta mulai sekarang juga atau tidak menunda. Setelah melalui perenungan yang cukup matang, ikhtiar penulis ini disebut Pesantren Kota Pro Profesional.
Karakteristik upaya ini terletak pada sistem kerjanya, penulis memahami para profesional pada kelas ini merupakan sosok yang memiliki jam kerja serta kesibukan yang bervariatif. Namun tidak mengurangi substansi pentingnya ilmu pengetahuan dalam mengarahkan kehidupan seseorang. Hakikat ilmu itu sendiri merupakan bagian yang tidak boleh terpisah dari kehidupan manusia. Ilmu yang penulis maksud adalah ilmu agama Islam dan ilmu pengembangan diri yang relevansinya bagi kebermanfataan hidup.
Tentunya saja ilmu-ilmu yang dipelajari dalam kurikulum Pesantren Kota relatif belum pernah diajarkan di sekolah umum maupun bimbingan belajar konvensional manapun. Oleh karena itu kata kunci untuk memahami Pesantren Kota ini adalah Akselerasi. Tentu ini memerlukan kerjasama dari berbagai pihak dalam menerapkan formula terobosan pendidikan ini serta mengembangkan jaringan ini ke seluruh penjuru Indonesia. Konten Pesantren Kota ini dalam makalah ini akan dibahas garis besarnya saja, detailnya akan diterbitkan pada edisi makalah berikutnya.
Sebuah hikmah bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia Muslim mulai dari buaian hingga liang kubur, ilmu memiliki 10 kelebihan dibandingkan harta, ilmu meninggikan derajat seseorang dibandingkan yang tidak memilikinya. Berkaitan dengan hikmah di atas maka tentu sangat baik jika para Profesional negeri ini tidak lepas dari upaya menuntut ilmu di dalam hidupnya sebagai upaya menjaga moralitas serta integritasnya dalam berdedikasi membangun bangsa ini.
Sartono Kartodirjo (2007), Sejarahwan senior UGM bahkan pernah menyindir para akademisi (profesi pendidik) hanya bisa berbuah satu kali selebihnya vakum. Terlebih lagi Faudzil Adhim (2006) bahwa dalam kesehariannya para pendidik tersebut lebih dekat dengan dunia kata-kata. Nah bila diqiyaskan, untuk golongan terdidik saja seperti itu apalagi yang hanya golongan terlatih? Sehingga perlu dilakukannya usaha membangkitkan kesadaran individu para profesional dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sumbangsihnya dalam membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Pesantren Kota Pro Profesional (PKPP) adalah konsep yang dilahirkan pemikiran mendalam terhadap kondisi bangsa dari aspek perlunya membangun sumber daya manusia. Prioritas pada golongan umur 15-64 tahun sebagai elemen produktif masyarakat pembangun bangsa. Pola pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual, emosional dan spiritual. Bermetode Akselerasi Otak kanan Konsruktivisme, dan sesuatu yang sangat jarang dikembangkan di sekolah-sekolah.
Para pementor merupakan para pakar, penemu maupun praktisi yang telah berhasil dan mengembangkan perusahaan maupun amal usaha berbasis keahliannya masing-masing. Tujuan sistem pendidikan ini diharapkan dapat memberikan paradigma relatif baru dalam kehidupan masyarakat dan sekaligus meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat tersebut.
Secara singkat, pembelajaran PKPP berisi program Akselerasi menghafal Al Qur’an dan Asmaul Husna dengan metode Hanifida, Akselerasi Belajar Bahasa Arab metode Titah, Akselerasi Haji dan Umroh berbasis nilai Tarbawiyah, Akselerasi Cita-cita Berbasis Teknologi DMI, Akselerasi Pribadi Hebat Berbasis NLP dan CTC, Akselerasi Ekonomi Kreatif Brownis Ndeso, Ketahanan Keluarga HDBS (Harmonis di Dunia, Bahagia di Surga) dan Akselerasi Bisnis Online berbasis Marketplace.
Semua materi diatur dalam sistem pembelajaran mirip Pesantren yang menekankan pada hubungan yang dialogis, demokratis dan humanis antara “kyai” dan “santri”. Sistem pendidikan PKPP menekankan pada target hasil belajar, tradisi belajar dan pengembangannya. Oleh karena itu, PKPP menggunakan sistem belajar TFT (training for trainer) dan Kuliah Kelas Intensif (KKI).
TFT dibuka untuk peserta belajar sebagai pendidikan dasar selama dua hari (Sabtu-Minggu) sedangkan Kelas Intensif dibuka untuk peserta yang pernah mengikuti Pendidikan Dasar dalam pertemuan intensif tiap akhir pekan rata-rata dalam tiga bulan. Adapun lama studi pendidikan intensif bergantung pada cakupan materi yang harus diselesaikan pada program pembelajaran.
Pada peserta Kelas Intensif di akhir studi selama tiga bulan maka akan di adakan Pekan Karya Santri. Para peserta akan terjun langsung ke masyarakat untuk menghibahkan keahlian profesional dan mendistribusikan keilmuan ketika menimba ilmu di PKPP untuk diajarkan ke publik secara massif. Adapun masyarakat yang dipilih adalah tipe masyarakat yang siap menerima kehadiran “santri “ PKPP, berpotensi dan siap bersinergi. Para santri PKPP pun tinggal menetap sementara di rumah-rumah masyarakat (homestay).
Pekan Karya Santri di adakan satu semester sekali (per gelombang ada dua angkatan), berdurasi satu pekan bertujuan mendekatkan hati para profesional dengan hati masyarakat. Pertemuan tersebut diharapkan menjadi solusi alternatif dalam merealisasikan program Desa/Kota Edukasi yang membuka peluang pertumbuhan kesadaran kolektif masyarakat dalam memberdayakan potensi, membangun daya saing dan bersinergi mewujudkan Masyarakat Madani, sebuah cita-cita kecil seorang Anak Bangsa.
Maka dari itu, silahturahmi para santri PKPP dengan masyarakat diharapkan dapat mendistribusikan berbagai kebaikan profesional sekaligus keilmuan agama maupun pengembangan diri sehingga dapat membimbing masyarakat untuk mampu melihat potensi kolektif objektifnya, mengetahui strategi pengembangannya dan melakukan aksi nyata yang dapat menginspirasi masyarakat lain.
Itulah mimpi para pahlawan Indonesia, saya kira bahwa masyarakat Indonesia memiliki kemandirian di berbagai bidang sehingga harkat dan martabat sebuah negara besar yang dicita-citakan bisa tercapai, tentu harapan untuk hidup yang lebih baik itu masih ada. Aamiin
Penulis/Promotor : Iwan Budiono, Kontak personal 085726992488 Email [email protected]
Ralat CP HP/WA 085741381201
hadirkan solusi bagi generasi poduksi indonesia