Reportactual.com – JAKARTA – Harga cabai rawit merah hingga kini masih di atas Rp 100.000/kg, bahkan di beberapa lokasi Rp 160.000/kg. Lonjakan harga itu dinilai tidak wajar karena terjadi di tengah produksi cabai melimpah.
Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Bareskrim Polri pun berupaya mengungkap persoalan ini. Hasilnya, ada permainan di tingkat pengepul alias tengkulak.
Cabai yang seharusnya dipasok ke Pasar Induk, salah satunya Pasar Induk Kramat Jati, justru dijual ke beberapa perusahaan untuk diproduksi. ”Kami melakukan penyelidikan sampai penyidikan kita urut dari Jawa Timur.
Kami temukan cabai ini seharusnya ke pasar induk, Kramat Jati sebagai parameter harga. Namun produk dijual ke beberapa perusahaan.
Cocok dengan fenomena di lapangan, cabai lari ke beberapa perusahaan karena harganya sangat tinggi,” ungkap Kasubdit I Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Kombes Hengki Haryadi di Gedung Surachman lantai 3, kompleks Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (3/3).
Dua Tersangka
Bareskrim pun menetapkan dua pengepul sebagai tersangka. Sebab yang bermain adalah pengepul, yang seharusnya memasok pasar induk. ”Seharusnya ada 50 ton cabai yang ke pasar.
Ini 80% berkurang dan barang lari ke perusahaan,” ungkap Hengki. Para tersangka akan dikenakan hukuman sesuai UU No 5 Tahun 1999 tentang larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan UU No 7 Tahun 2014 tentang perdagangan.
Dia juga mengungkapkan, kasus terungkap setelah Bareskrim menelusuri alur perdagangan cabai yang seharusnya dibawa ke Pasar Induk Kramat Jati.
Namun ternyata, kiriman cabai berbelok ke beberapa perusahaan untuk diproduksi. ”Ini sementara, ini kurang lebih contohnya hanya 1 ton. Ini adalah barang dari pengepul yang akan dijual oleh dua tersangka dari Solo.
Jadi ibaratnya, satu baris pengepul besar yang menentukan harga. di dalamnya juga ada petani,” ujar Hengki. Dia menduga, perdagangan cabai ini dikonsinyasi dengan orang sama.
Hal ini disampaikan terkait pihak perusahaan yang merasa tidak puas dengan kualitas cabai impor. ”Desember produksi mereka naik.
Yang biasa impor, tidak puas dengan layanan impor. Jadi mereka mengambil dari petani. Untuk sementara, diprediksi ada enam perusahaan di Jakarta dan sekitarnya,” ungkapnya
Sumber suaramerdeka.com
Leave a Reply