ANAK ANAK BERTERIAK MINTA TOLONG, NAMUN TAK ADA YANG MENOLONG, AKHIRNYA SEMUA TEWAS “

by March 25, 2017
Internasional 0   1.1K views 0

Reportactual.com – Serangan bom bertubi-tubi yang dilakukan koalisi Amerika Serikat menyebabkan 150 orang tewas akibat tertimbun reruntuhan tiga rumah.

Ketika tim penyelamat tiba di lokasi kejadian, tak seorang pun ditemukan hidup. Tak terdengar lagi jeritan minta tolong, seperti sebelumnya. Mereka semua “tidak bersuara” lagi.

Insiden itu, seperti dilaporkan The Guardian, Sabtu (25/3/2017), telah  menimbulkan pertanyaan baru tentang peraturan keterlibatan koalisi AS dalam perang saudara di Suriah.

Media Inggris itu melaporkan tentang serangan udara paling mematikan dari koalisi AS ke Mosul barat, yang berlangsung beberapa hari hingga Jumat (26/3/2017).

Selama hampir seminggu, para tetangga dari tiga rumah itu berusaha mengais-ngais puing bangunan karena tak ada alat berat.

Mereka mencari 150 orang yang terkubur reruntuhan dari tiga rumah yang hancur oleh serangan udara koalisi AS di Mosul barat.

Gambaran lengkap tentang kekejaman serangan koalisi AS itu terus muncul, setelah sedikitnya 20 mayat ditemukan, Jumat (24/3/2017) pagi.

Hingga Sabtu (25/3/2017), sedikitnya 80 mayat telah ditemukan dari sebuah rumah yang dijadikan tempat berlindung setelah mereka melarikan diri serangan bom di rumah yang lain.

Puluhan lainnya masih tertimbun dalam insiden tunggal yang paling mematikan bagi warga sipil dalam perang koalisi AS melawan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Tim penyelamat yang berusaha membongkar timbunan puing juga telah tewas dalam serangan susulan yang digambarkan sebagai serangan “tiada henti dan paling mengerikan” itu, demikian The Guardian.

Militer AS mengatakan, pihaknya sudah meluncurkan penyelidikan atas serangan yang dituduhkan kepada pasukan koalisi itu.

Kololnel Joseph Scrocca, dari Komando Koalisi AS di Baghdad, mengatakan, koalisi sedang menyelidiki secara cermat dan transparan tentang jatuhnya korban sipil dalam serangan itu.

Penduduk setempat mengatakan, militan ISIS telah menempatkan penembak jitu di atap rumah yang menjadi tempat berlindung bagi banyak warga sipil.

Hal ini telah menimbulkan pertanyaan baru tentang aturan keterlibatan AS dalam perang melawan kelompok teror, setelah dua serangan udara AS sebelumnya menewaskan 90 orang.

Warga di Mosul Jadida mengatakan, sebenarnya tidak ada anggota ISIS yang bersembunyi di antara warga sipil sekalipun puluhan militan masih bertahan dari serangan pasukan khusus Irak di bagian lain Mosul barat.

“Kami semua mengenal satu sama lain, dan kebanyakan kami bersaudara,” kata Majid al-Najim (65), saat dia berdiri merapi mayat keponakannya di pemakaman setempat.

Penggali kubur menyiapkan kuburan saat orang-orang menangis di sekelilingnya, Jumat, untuk menguburkan para korban yang telah lebih awal ditemukan.

“Dan semua keluarga kerkumpul di salah satu dari tiga rumah. Kami dari keluarga Jabour, Dulaim, dan Tai,” katanya.

“Pada hari itu, serangan udara dimulai sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Kami awalnya bersembunyi di rumah itu, tapi kami semua keluar sebelum jet tempur kembali,” kata Najib.

Ada tiga jam jedah antara warga keluar dari rumah yang diserang menuju sebuah rumah yang lain, yang dinilai aman untuk berlindung.

“Ada anak-anak berteriak di bawah reruntuhan. Tetapi tidak ada yang datang untuk menolong mereka. Polisi mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan,” katanya.

Presiden AS, Donald Trump, awal tahun ini telah menginstruksikan peninjauan kembali aturan keterlibatan koalisi AS dalam perang melawan ISIS di Irak dan Suriah.

Dalam berbagai serangan koalisi AS selama ini, Washington selalu berkilah bahwa tak ada korban sipil dalam serangan mereka.

Insiden di Mosul barat kembali menggugat keterlibat AS tersebut. Terutama setelah beredar luas laporan tentang kematian warga sipil yang mencapai hampir 150 orang itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.