Reportactual.com – HASIL hitung cepat Pilkada DKI Jakarta putaran kedua menunjukkan kemenangan pasangan calon (paslon) nomor urut 3 Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Seharusnya, tidak ada perbedaan mencolok saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil penghitungannya.
Itu berarti, sudah bisa dipastikan bahwa Ibu Kota Indonesia memiliki pemimpin baru. Menggantikan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. JawaPos.com merangkum perjalanan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno hingga memenangkan suara warga Jakarta pada pemungutan suara, Rabu (19/4).
Siapa yang tidak kenal dengan sosok pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat itu. Anis merupakan anak pertama dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid. Kedua orang tuanya adalah seorang akademisi. Ayahnya berkerja sebagai Dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia, dan sang ibu Aliyah Rasyid sebagai Guru besar dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
Anies Baswedan
Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrachman Baswedan yang diketahui sebagai seorang pejuang pergerakan nasional, pernah menjadi Menteri Penerangan periode 2 Oktober 1946 sampai 1 Juli 1947, dan menjabat anggota Badan Pnyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Pernikahan Anies Baswedan dengan Fery Farhati Ganis dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah Mutiara Annisa, Mikail Azizi, Kaisar Hakam dan Ismail Hakim.
Karirnya mulai berkibar ketika didapuk rektor Universitas Paramadina pada 15 Mei 2007. Jabatan itu membuatnya didaulat sebagai rektor termuda di Indonesia karena dijabat pada usia 38 tahun. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) itu makin dikenal ketika menggagas Indonesia Mengajar pada 2009.
Indonesia Mengajar merupakan sebuah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. Gerakan itu sangat sukses, dan nama Anies tidak bisa dipisahkan darinya.
Di tahun yang sama, pria yang sejak kecil akrab dengan dunia organisasi itu juga mendapat tugas penting dari Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Anies masuk dalam anggota tim delapan untuk kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK Bibit Samad Riyanto.
Pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April (2010). Majalah Foresight menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan menjadi perhatian dunia.
Pada 2013, Anies memberanikan diri menjadi calon presiden dalam konvensi Partai Demokrat. Kala itu, dia gagal dan tidak terpilih. Setahun kemudian, dia bergabung dalam tim pemenangan sebagai juru bicara calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Setelah mengantarkan Jokowi-JK menjadi pemimpin Indonesia, Anies dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Saat menjabat menteri, Anies melakukan pembenahan dengan mendistribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), kemudian membuat program sekolah aman serta mengimbau para orangtua mengantar anaknya sekolah pada tahun ajaran baru.
Namun, jabatannya tidak belangsung sampai lima tahun. Pada pertengahan 2016 jabatannya sebagai Mendikbud harus diganti dengan Muhadjir Effendy. Kena reshuffle, tidak membuat karirnya tamat. Anies justru dilamar oleh Partai Gerindra dan PKS untuk berpasangan dengan Sandiaga Uno di Pilkada DKI Jakarta.
Kerasnya Pilkada DKI Jakarta membuatnya sempat diterpa isu tidak sedap. Dia dituduh oleh oknum sebagai penganut ajaran syiah, dan Jaringan Islam Liberal (JIL). Bukan hanya itu saja, Anies juga dituduh telah melakukan poligami. Kala itu Anies menanggapinya dengan santai dan tidak termakan isu yang dibuat untuk menjatuhkan citra atau elektabilitasnya.
Nama Anies Baswedan kembali berkibar. Putaran pertama Pilkada DKI Jakarta meloloskan namanya ke putaran kedua setelah menumbangkan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. Pemungutan suara pada Rabu (19/4) membuatnya tinggal menunggu waktu untuk dilantik menjadi pemimpin Jakarta.
Sandiaga Salahuddin Uno
Nama Sandiaga Salahuddin Uno memang sudah tak asing lagi di dunia bisnis Indonesia. Bahkan, namanya pernah dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Kecerdasan di bidang bisnis dibuktikan sejak menempuh pendidikan Bachelor of Business Administration di Wichita State University. Pada 1990, Sandi lulus dengan predikat Summa Cum Laude.
Pria yang lahir di Rumbai, Pekanbaru, 28 Juni 1969 dari pasangan Razif Halik Uno dan Mien R Uno itu juga melahap studi Master of Business Administration dari George Washington University. Ketua Umum Himpunan pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2005-2008 itu mulai memperlihatkan taringnya di dunia usaha saat bersama rekannya mendirikan PT Saratoga Investama Sedaya.
Sandiaga sukses menjalankan perusahaan yang meliputi bidang pertambangan, dan produk kehutanan. Namun, pada 10 Juni 2015, ayah tiga orang anak itu resmi mundur dari jabatannya sebagai direktur utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).
Bukan tanpa alasan Sandi melepaskan jabatannya itu. Sebab, dia memilih fokus pada tugas barunya sebagai wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Posisi Sandi di Gerindra akhirnya membuat Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto memilihnya sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta.
Sandi resmi dipilih Prabowo pada Juli 2016. Namun, langkahnya menuju pemilihan DKI 1 tidak semulus yang dibayangkan. Meski sejumlah nama telah digembar-gemborkan sebagai pasangan calon wakil gubernur pendamping Sandi, dinamika politik terus berubah.
Pada 20 September 2016, Sandiaga yang sudah diusung Prabowo jadi cagub DKI, tiba-tiba mengumumkan diri siap menjadi cawagub. Asalkan, dia berdampingan dengan mantan Mendikbud Anies Baswedan.
Kemunculan nama Anies yang dalam survei punya elektabilitas lumayan tinggi saat itu menuai perdebatan di internal PKS dan Gerindra. Terutama, soal komposisi cagub-cawagub. Rapat demi rapat pun digelar hingga larut di tingkat elit parpol, tapi masih buntu.
Saat yang bersamaan, Gerindra dan PKS juga gagal mencapai kesepakatan dengan koalisi Cikeas yaitu Demokrat, PAN, PKB dan PPP yang sedianya punya harapan mengusung satu pasangan cagub-cawagub. Nyatanya, koalisi Cikeas mengusung sulung dari SBY; Agus Harimurti Yudhoyono dengan cawagub Sylviana Murni.
Pasangan Anies-Sandi akhirnya mendapatkan nomor urut 3 pada Pilkada DKI putaran pertama. Keduanya mesti bersaing dengan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, serta Agus-Sylvi yang di awal kemunculannya menyedot perhatian banyak pihak.
Sejumlah program pun ditawarkan oleh Anies-Sandi. Salah satu yang populer adalah program OKE-OCE (One Kecamatan – One Center of Enterpreneurship). Selain itu, Anies-Sandi juga menawarkan program DP rumah 0 persen.
Awalnya, sejumlah survei menjagokan pasangan Agus-Sylvi unggul di pilkada putaran pertama. Apalagi, saat itu elektabilitas Ahok sempat menurun akibat kasus dugaan penistaan agama yang menjeratnya.
Namun bukan politik namanya jika tidak dinamis. Pada Pilkada serentak pada 15 Februari lalu, nama Anies-Sandi melesat dan dipastikan maju ke putaran kedua melawan Ahok-Djarot. Sementara Agus-Sylvi berada di urutan paling buncit. Kini, pasangan yang memiliki tagline: Maju Kotanya, Bahagia Warganya itu meraup suara terbanyak dibandingkan pasangan Ahok-Djarot.
Sumber berita JawaPos.com
Leave a Reply