Reportactual.com – Tarik tambang mulai beken lagi. Permainan ini tak hanya digelar untuk peringatan hari kemerdekaan. Karena di Tanggul, setiap bulannya pasti ada meski harus bergantian.
Tenda terpal bertiang bambu terpasang ala kadarnya di Kampung Pucukan Desa Tanggul Kulon, Tanggul. Memanjang sekitar 20 meteran. Sedangkan di pinggiran tenda diberi pagar yang juga terbuat dari bambu. Selain panitia, harus ada di luar pagar.
Di dalam pagar, ada 10 lubang. Namun terbagi dua bagian. Masing-masing lubang, diisi para penarik tambang. Mereka bukan atlet profesional. Namun, mereka yang ada di dalam lubang, pastinya sudah siap “perang”. Karena pemenang berhak menerima hadiah sampai jutaan rupiah.
Ya, itu permainan tarik tambang. Bukan lagi ada hanya untuk Agustusan. Permainan itu mulai populer di Tanggul. Bahkan setiap bulan, dipastikan ada di perkampungan beda desa. Bergantian meski tanpa janjian. Seperti kemarin, tarik tambang digelar Kades Tanggul Kulon.
Meski penyelenggaraanya oleh warga Tanggul, namun pesertanya sampai dari luar kecamatan. Paling banyak dikenal, penarik tambang asal Kecamatan Balung. Namun para penarik asal Kecamatan Klakah, Lumajang, juga tak kalah populer. Tak heran, setiap perlombaan tarik tambang, pesertanya mencapai ratusan.
Panitia membagi dua kelompok perlombaan. Seperti di Tanggul Kulon, ada kelompok U-23. Mirip pola timnas sepak bola, U-23 memiliki maksud batas maksimal umur 23 tahun. Sedangkan kelompok lainnya, bebas umur dan ini yang paling jadi favorit.
Hadiah kelompok bebas umur di Tanggul Kulon menyediakan uang tunai sampai Rp 16 juta. Sedangkan kelompok U-23 hadiahnya bisa Rp 5 juta. Jika ditotal, hadiahnya mencapai Rp 21 juta. “Kelompok umur bebas, biaya pendaftarannya Rp 120 ribu. Sedangkan U-23, cukup Rp 50 ribu saja,” kata Kades Tanggul Kulon, Arifin Wahyuono.
Penyelenggara tidak perlu promosi sana-sini. Karena di sana, sudah seperti ada klub penarik tambang. Mereka adu gengsi, bahkan supaya bisa juara, sampai ada yang saling sewa penarik tambang.
Mat Latib, bos klub tarik tambang Putra Petir, tak jarang harus mendatangkan penarik tambang asal Madura. Dia pun mengaku, tidak murah menyewa penarik tambang dari luar daerah. Bahkan, satu orang bisa mencapai Rp 500 ribu. Itu pun untuk sekali tanding.
Mahalnya biaya mendatangkan jagoan tarik tambang membuat dia harus atur strategi. Paling kongkret sewa-menyewa penarik tambang dipilih saat klub-nya sudah lolos semi final. Apalagi saat final. Pemain unggulan harus didatangkan. “Saya punya penarik yang jago di posisi setir,” akunya.
Bagi pemula, harus tahu posisi di setiap lubang penarik tambang. Seperti di lubang paling depan, posisi itu disebut setir. Lubang kedua dan ketiga, disebutnya penajek. Lubang keempat itu bandol. Sedangkan lubang paling belakang, pancong.
Umumnya, posisi pancong diisi penarik dengan badan paling besar. Di perutnya, dipasang sabuk tali tambang. Tugasnya, untuk pertahanan. Namun kata Mat Latib, penarik di posisi setir menjadi penentu. Karena setir menjadi leader pergerakan tim.
Dia blak-blakan. Penarik tambang yang sering menang, bukan dilihat badannya yang paling besar. Juga mereka yang berotot, tak selamanya lebih unggul. Bahkan katanya, meski penariknya rata-rata berbadan kurus, tapi dia mengklaim sering juara. “Karena tarik tambang mengadu teknik,” tuturnya.
Memang selain teknik, setiap penarik tambang diakuinya memiliki “pegangan”. Maksudnya jimat. Selain itu, juga ada amalan. Paling sering, amalan yang dilakukan seperti puasa sebelum tanding. “Seperti itu biasa. Bahkan saking kebablasan, sampai ada yang kesurupan. Kesurupannya persis seperti jaranan,” katanya.
Tapi saran saya jangan melakukan yang seperti itu karena itu perbuatan Musyrik, buat apa menang kalau ternaya musyrik, dosa besar ” tegasnya.
Subhan, Pak Kampung yang juga penanggung jawab teknis lomba tarik tambang di Tanggul Kulon, mengaku memang tidak memiliki aturan pasti tentang larangan berjimat. Karena yang demikian sulit ditebak. “Aturannya cukup menyerahkan foto copy KTP,” akunya.
Soal aturan main, rupanya lebih jelas. Masing-masing regu beranggota 5 orang dengan satu pemain cadangan. Setiap babak dalam pertandingan, diberi durasi waktu masing-masing 5 menit. Dipastikan tidak akan ada draw. Karena jika kedudukan imbang 1-1, maka panitia melakukan babak penentuan.
Menentukan pemenang, juga cukup sederhana. Di bagian tengah tali tambang, diberi tanda merah. Tanda itu sebagai penentu kemenangan. Semisal arah tali merah lebih tertarik ke sisi kanan, maka pemenangnya regu yang ada di kanan. Pun demikian sebaliknya.
Meski aturannya sangat sederhana, namun mereka yang dinyatakan kalah bisa menerima dan pemenangnya tak boleh jumawa. “Selain mengandung filosofi gotong royong, tarik tambang juga fair play,” imbuhnya.
Sumber Jawapos.com
Leave a Reply