Reportactual.com – Dinamika Pilgub Jawa Barat telah melahirkan empat pasangan bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur. Mereka memiliki waktu hingga 10 Januari untuk mendaftar ke KPU dan mengikuti proses verifikasi dokumen sebelum ditetapkan sebagai cagub dan cawagub.
Secara matematis, pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi yang memiliki dukungan paling banyak. Meski hanya diusung oleh dua partai yakni Demokrat (12) dan Golkar (17), tapi total jumlah kursi di DPRD Jabar dalam poros ini mencapai 29 kursi.
Terbesar kedua yakni pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu. Kubu ini diusung oleh PKS (12), Gerindra (11) dan PAN (4). Tiga partai itu menyumbang 27 kursi DPRD Jawa Barat.
Sementara Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum memiliki 24 kursi DPRD Jabar. Pasangan ini diusung oleh PPP (9), PKB (7), NasDem (5) dan Hanura (3). Terakhir, pasangan TB Hasanuddin dan Anton Charliyan yang hanya diusung oleh PDIP dengan jumlah 20 kursi DPRD Jabar.
Namun banyaknya kursi di legislatif, hampir dipastikan tak berpengaruh besar dengan kemenangan di eksekutif. Terlebih, karakter calon gubernur dan calon wakil gubernur menjadi pengaruh paling besar untuk dipilih oleh warga Jabar sang pemilik suara.
Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, dari tradisi kemenangan dua periode Ahmad Heryawan, paling tidak pemilih di Jawa Barat bisa dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama yakni kelompok tradisional dan kelompok religius.
“Pemilih tradisional cenderung memilih figur populer misalnya, 2008 ada Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf, kemudian 2013 ada Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar, itu penting,” kata Firman saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (8/1).
Ahmad Heryawan menggandeng artis dengan popularitas tinggi di Pilgub Jabar 2008 dan 2013. Strategi itu yang diyakini mampu membuat Ahmad Heryawan berkuasa di Jawa Barat selama 10 tahun.
Era 2008, Dede Yusuf termasuk artis tenar yang hilir mudik di layar televisi. Salah satu iklan yang dibintangi Dede adalah obat sakit kepala ‘Bodrek’. Sementara Deddy Mizwar, pada Pilgub 2013 tengah populer dengan film ‘Para Pencari Tuhan’ yang dibintanginya.
Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul dinilai memiliki popularitas yang paling unggul dibanding calon lainnya. Di posisi kedua ada Deddy Mizar dan Dedi Mulyadi. Nah yang memiliki pekerjaan rumah berat adalah pasangan Sudrajat-Syaikhu dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan jika dilihat dari sisi popularitas.
“Yang populer paling tidak sampai saat ini memang Emil-Uu dan kemudian Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi,” kata Firman.
Sementara untuk kelompok religius, Jawa Barat salah satu wilayah yang pemilih muslimnya paling besar. Menurut Firman, sebagian pemilih muslim di Jawa Barat juga konservatif.
Firman menjelaskan, hal ini tentu menjadi pekerjaan besar bagi TB Hasanuddin dan Anton Charliyan. Menurut dia, pasangan ini kurang merepresentasikan kalangan religius.
Selain itu, PDIP, kata dia, punya sejarah yang tidak mulus di Jawa Barat. Dalam pemilihan 2008 kalah, Pilgub Jabar 2013 PDIP juga kalah. Begitu juga saat Pilpres 2014, PDIP alami kekalahan.
“Salah satu problemnya, PDIP berjarak dengan Islam, sehingga sekarang dia maju dengan pasangan calon yang juga kurang merepresentasikan kelompok religius, itu bisa jadi problem bagi PDIP,” kata Firman lagi.
Anton juga pernah berseteru dengan Ormas keagamaan Front Pembela Islam (FPI). Saat itu, Anton menjadi Kapolda Jawa Barat yang tengah mengusut kasus pimpinan FPI Habib Rizieq Syihab yang dilaporkan atas dugaan penistaan lambang negara Pancasila. Kasus ini dilaporkan oleh Sukmawati Soekarnoputri pada tanggal 12 Januari 2017 lalu.
Dari sisi ini, bagi Firman Manan, pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum kembali diunggulkan. Menurut dia, sosok Uu Ruzhanul tak bisa dianggap enteng, apalagi politikus PPP itu menjabat sebagai bupati Tasikmalaya.
“Pak Uu itu mewakili basis masa tradisional daerah priayangan, cukup besar jumlah pemilihnya di Priayang barat dan timur, itu basis PPP. Kemudian Sudrajat-Syaikhu, bisa andalkan mesin partai, PKS memang partai Islam, tapi Islam yang modern, di perkotaan, kalau Islam yang tradisional itu PPP dan PKB,” kata Firman.
Untuk kategori ini, Firman juga memberikan catatan kepada pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. Memang Demiz, sapaan akrab Deddy Mizwar, mencitrakan figur religius. Tapi, pasangannya Dedi Mulyadi kerap diterpa isu miring karena tradisi-tradisi yang dilakukan saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
“Deddy Mizwar awalnya diicitrakan figur kelompok religius, tapi problemnya Dedi Mulyadi agak bermasalah dengan pemilih Islam konservatif karena praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai, bisa jadi masalah bagi pasangan Demiz dan Dedi Mulyadi,” katanya.
“Jadi kalau lihat dua karakter itu, pemilih tradisional dan pemilih religius, sampai sejauh ini keunggulan ada pada pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul,” tutup Firman.
Leave a Reply