Reportactual.com – Ramadhan 1442 H telah memasuki 10 hari terakhirnya dan pada 10 malam terakhir, salah satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan umat muslim adalah iktikaf atau berdiam diri di masjid. Iktikaf di bulan Ramadan, khususnya pada 10 malam terakhir bulan Ramadan termasuk salah satu amalan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iktikaf memiliki arti ibadah yang dilakukan dengan cara diam beberapa waktu di dalam masjid berdasarkan syarat-syarat tertentu sambil menjauhkan pikiran dari keduniaan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sementara secara istilah, iktikaf dimaknai sebagai tinggal di masjid untuk ketaatan kepada Allah dan menyibukkan diri beribadah pada siang atau malam, sesaat ataupun seharian.
Dalil I’tikaf Mengenai iktikaf di bulan Ramadan terdapat dalam hadis berikut ini: “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan,” (HR. Bukhari).
Untuk waktu iktikaf yang lebih utama juga disebutkan dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadan seperti sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Aisyah ra:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ أِذَادَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَالَيْلَهُ وَاَيْقَظَ أَهْلَهُ
Diriwatkan dari Aisyah ra, ia berkata: “Apabila memasuki hari sepuluh terakhir bulan Ramadan, Rasulullah saw mengencangkan pakaian bawahnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Pada sepuluh hari ketiga atau 10 hari terakhir bulan Ramadan disebut dengan ‘babak final’ dan sesuai namanya, pada tahapan babak final tentu pesertanya hanya sedikit, tidak sebanyak pada sepuluh hari pertama dan sepuluh hari kedua. Hanya orang-orang terpilih yang mampu bertahan untuk mendapatkan piala takwa yang dijanjikan Allah SWT, demikian seperti dikutip dari situs Kemenag.
Pada sepuluh hari terakhir Ramadan, Allah SWT akan memberikan hadiah spesialnya, yakni berupa malam lailatulqadar. Artinya peserta yang tadinya gugur di tengah jalan dan kehilangan ghirah (semangat), diberikan suntikan motivasi oleh Allah dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Rasululah begitu bersemangat pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan melakukan iktikaf. Dua alasan yang kemungkinan menjadi faktor pendorongnya seperti disebutkan di bawah ini:
1. Sepuluh hari terakhir merupakan penutup bulan Ramadan dan isyarat akan berakhirnya bulan Ramadan yang penuh berkah dan rahmat. Pada 10 hari terakhir semua amalan dilipatgandakan oleh Allah, oleh karena itu disayangkan apabila tidak dimanfaatkan untuk menabung amal sebagai persiapan menuju akhirat.
2. Pada sepuluh hari terakhir juga ada satu malam yang dinamakan malam lailatulqadar, yang mana menjadi hari terbaik di di bulan Ramadan, dan kualitas lailatulqadar lebih baik daripada beribadah selama seribu bulan. Firman Allah SWT seperti tertera di surah Al-Qadr ayat 1-5:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ – وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ – لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ – تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ – سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ – القدر
Innā anzalnāhu fī lailatil qadr; wa mā adrāka mā lailatul qadr; lailatul-qadri khairum min alfi syahr; tanazzalul-malā`ikatu war-rụḥu fīhā bi`iżni rabbihim, ming kulli amr; salāmun hiya ḥattā maṭla’il-fajr.
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. Jadi, tujuan dari iktikaf adalah berhenti sejenak dari kesibukan dunia, memperbanyak amalan ibadah, melakukan muhasabah diri sekaligus mendekatkan diri kepada Allah dengan harapan jika dilaksanakan pada bulan Ramadan mendapatkan keutamaan lailatulqadar.
Jadi, tujuan dari iktikaf adalah berhenti sejenak dari kesibukan dunia, memperbanyak amalan ibadah, melakukan muhasabah diri sekaligus mendekatkan diri kepada Allah dengan harapan jika dilaksanakan pada bulan Ramadan mendapatkan keutamaan lailatulqadar.
Penulis: Dhita Koesno
Leave a Reply