Reportactual.com – Kolaborasi Kewirausahaan Sosial dan Kewirausahaan Komersial dalam Sejarah Kewirausahaan Membangun Kemandirian Indonesia
Semangat pagi bagi semua rekan-rekan yang optimis melihat masa depan Indonesia. Perkenalkan saya Iwan Budiono mentor kewirausahaan sosial ijinkan menyampaikan makalah terkait Strategi Kolaborasi Kewirausahaan Membangun Kemandirian Indonesia.
Saya bahagia dilahirkan dari keluarga yang harmonis, ayah dari desa di daerah pantai Selatan Jawa sedangkan ibu saya dari desa di daerah pantai utara Jawa. Kami 5 bersaudara dan saya anak pertama dari 5 bersaudara. Pada tahun 90-an ayah kami keluar dari perusahaan bosnya seorang Tionghoa setelah 18 tahun bekerja. Ayah kami ingin berwirausaha meski tidak diizinkan oleh bosnya. Tekad Ayah kami sudah bulat bahwa wirausaha adalah jawaban untuk ekonomi keluarga di masa depan.
Hal ini juga menantang keluarga kami karena sudah lama kami menjadi kontraktor alias masih suka kontrak atau sewa rumah. Kondisi keluarga muda, ayah ibu dan dua anak saat itu bertekad mengumpulkan uang untuk membeli rumah pertama mereka. Alhamdulillah saya pribadi berhasil menghibahkan sejumlah uang meski saat itu masih di usia sekolah dasar namun nilai nominalnya sekitar 0,04% dari total harga rumah sekitar tahun 94.
Ini salah satu kisah tentang kemandirian pribadi dan kemandirian keluarga sebagai batu bata pondasi kemandirian bangsa dan negara. Ada juga kisah lainnya sewaktu saya berkuliah di suatu kampus Negeri Semarang saat itu tahun 2001 organisasi kami ada kegiatan bazar buku dan dalam tiga hari kami mencetak omset 6 juta rupiah dengan berjualan buku saku dari sebuah tokoh yang sedang viral saat itu dan saya pikir rekor ini belum bisa terpecahkan oleh siapapun hingga saat ini. Itu kisah tentang kemandirian organisasi yang menjadi salah satu pondasi kemandirian bangsa dan negara. Saya ingin menyampaikan berbagai kisah tadi adalah contoh konkrit/nyata bagaimana kemandirian bangsa dan negara dibangun oleh kemandirian warga negaranya baik sebagai pribadi, keluarga maupun organisasi masyarakatnya. Melalui jalan wirausaha inilah kita bisa mendirikan komitmen wirausaha untuk menjadi monumen Kemandirian bangsa itu sendiri.
Dalam pemahaman saya wirausaha itu merupakan pola pikir bukan profesi. Pola pikir wirausaha adalah mereka yang memiliki sikap dan jiwa mandiri, kreatif serta bisa menciptakan produk yang bernilai karena wirausaha atau bisnis sejatinya juga barter manfaat yakni pertukaran antara produk yang bernilai dengan alat tukar. Wirausaha juga merupakan tindakan eksploitasi ide menjadi peluang yang menguntungkan namun tetap mengandung resiko dan ketidakpastian sehingga bisa kita simpulkan wirausaha merupakan cara menciptakan nilai proporsi suatu produk, menerima resiko, mengandung biaya produksi dan penjualan serta layanan konsumen dan kita bisa lihat semuanya pada narasi bisnis model kanvas (BMC) karya Alexander Osterwalder.
Kewirausahaan dalam sejarah dimulai dari budaya manusia yang mengenal kegiatan untuk barter manfaat atau pertukaran barang dengan berbasis kebutuhan seseorang untuk mendapatkan manfaat semisal sistem barter antara petani yang menghasilkan tanaman pangan dengan nelayan yang mempunyai ikan. Hingga budaya manusia bisa mengembangkan sistem pertanian maupun sistem budidaya ikan sehingga mengkoreksi sistem barter ke dalam sistem perdagangan yang lebih maju sampai ditemukan uang sebagai revolusi dalam dunia perdagangan. Hal inilah yang kemudian memunculkan banyak nya kota perdagangan di berbagai benua hingga ruang lingkup kewirausahaan semakin berkembang antar benua. Terbukti kita mengenal adanya rute perdagangan kuno yaitu jalur rempah maupun jalur sutra.
Pada jalur rempah Indonesia pada posisi sebagai penghasil/produsen rempah-rempah yang saat itu nilai produknya hampir setara dengan emas atau bernilai ekonomi tinggi. Kemudian terjadi peristiwa penaklukan Romawi yang beribukota di Konstantinopel oleh kerajaan Ottoman mengubah lanskap perdagangan dunia. Karena itu sebagian negara-negara Eropa berkeliling dunia mencari daerah penghasil komoditi dagang yang tinggi salah satunya adalah Nusantara.
Jauh sebelum adanya invansi negara-negara Eropa ke nusantara, masyarakat nusantara sudah menjalin hubungan perdagangan dengan berbagai negara mulai dari Cina, Eropa, hingga Afrika. Hal ini terbukti pada penggunaan komoditi kapur barus dari pohon kayu kamper yang ada di Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Ada pula hadiah dari kerajaan di nusantara berupa kayu gaharu, cendana maupun rempah berupa lada, pala, cengkeh dan kayu manis.
Namun akibat perang besar yaitu perang Jawa yang dipimpin oleh pangeran Diponegoro melawan VOC Belanda maka sedikit banyak menyebabkan dinamika dalam perdagangan Nusantara. Belanda merugi besar akibat perang Jawa kemudian berpikir bagaimana caranya mengembalikan kekayaannya lewat perdagangan hingga nanti kita kenal dengan sistem tanam paksa yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada masyarakat Indonesia untuk menanam berbagai komoditi yang dibutuhkan dunia seperti rempah-rempah ditambah lagi teh, tebu kopi hingga karet untuk dijual ke pasar internasional dan terbukti memberikan keuntungan sangat besar ke pihak Belanda.
Perjalanan budaya masyarakat Indonesia terus berjalan setelah melewati perjuangan meraih kemerdekaan hingga berdirinya negara bangsa Indonesia mulailah dilakukan berbagai pembenahan di segala bidang mulai dari sektor politik, sosial, ekonomi hingga pertahanan dan keamanan. Adapun sektor wirausaha di bidang perekonomian terutama pertanian Indonesia pernah mencatat tinta emas sebagai negara berswasembada pangan yaitu beras sebagai makanan pokok hingga di era reformasi Indonesia hampir berhasil dalam membangun infrastruktur ekonomi untuk peternakan namun kemudian mengalami perlambatan.
Kita perlu belajar dari tetangga negara kita yaitu Korea Selatan. Akibat perang dengan Jepang maupun dengan Korea Utara maka presiden Kim Tae Hyung di tahun 97 berupaya untuk memulihkan perekonomian Korea Selatan melalui kebijakan investasi emas batangan yang ditawarkan kepada masyarakatnya sehingga bisa melunasi hutang IMF di tahun 2001. Kebijakan pemerintah juga memberikan suntikan dana serta subsidi kepada berbagai perusahaan hingga program pemberian stimulus kepada sektor-sektor non formal yaitu jenis hiburan, teknologi informasi dan transportasi yang keberhasilan investasinya mulai dirasakan Korea Selatan setelah 10-15 tahun. Tidak lupa pula presiden Kim Tae Hyung selalu mengupayakan adanya perdamaian antara Korea Selatan dengan Korea Utara sebagai syarat stabilitas nasional untuk memastikan investasi asing bisa masuk ke Korea Selatan dan mengembangkan berbagai lini ekonomi yang berdampak sosial secara nasional di Korea Selatan.
Kita belajar tentang sebuah komponen penting dalam membangun Kemandirian bangsa yaitu inovasi selain komponen tentang desain, kapasitas dan geopolitik.
Inovasi dalam bidang kewirausahaan inilah yang akan memberikan dampak sosial berupa nilai strategis kepada ekonomi bangsa dan negara berupa terbukanya berbagai jenis usaha baru, penyediaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja pengurangan kesenjangan ekonomi menumbuhkan produktivitas nasional, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional menambah pendapatan negara melalui pajak meningkatkan kapasitas faktor-faktor produksi dalam ekonomi nasional.
Konsep kewirausahaan secara substansial memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu mampu melihat peluang, memanfaatkan peluang sebagai kesempatan kreatif dan inovatif, fokus pada hasil dan berorientasi pada masa depan. Ada satu hal penting yang jangan dilupakan bahwa strategi kewirausahaan dalam membangun kemandirian bangsa tidak bisa hanya berdiri pada satu konsentrasi yaitu membangun kewirausahaan komersial saja namun perlu juga membangun kapasitas kewirausahaan sosial. Inilah inti makalah dari strategi kewirausahaan membangun kemandirian bangsa yaitu adanya simbiosis mutualisme antara dua jenis kewirausahaan tersebut. Kewirausahaan komersial sebagaimana yang kita tahu dan umum berjalan yaitu usaha untuk meraih keuntungan atau profit yang dijalankan oleh perorangan atau lembaga maupun korporasi baik itu swasta maupun negara. Sedangkan kewirausahaan sosial berorientasi pada profit dan benefit. Dia bukan lembaga amal atau sosial yang hanya mencari kemanfaatan secara sosial namun lembaga kewirausahaan sosial juga berkewajiban untuk memberikan manfaat dan menghidupi dirinya sendiri secara bisnis. Hal ini bisa kita lihat pada berbagai lembaga filantropi yang sudah memahami prinsip sosial enterprise. Maka ekosistem kewirausahaan akan lebih kokoh jika kedua konsentrasi kewirausahaan ini saling bersimbiosis pada suatu kawasan. Ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh kewirausahaan komersil namun bisa dijangkau dan dikelola oleh kewirausahaan non komersil/sosial atau yang kita sebut sosiopreneur. Hubungan diantara keduanya digambarkan sebagai Kewirausahaan Sosial ibarat kemasan suatu produk, kewirausahaan komersial ibarat isinya.
Kewirausahaan sosial atau sosiopreneur merupakan salah satu alternatif menyelesaikan persoalan manusia dan masyarakat secara komunal dengan pendekatan bisnis atau ekonomi kreatif. Pendekatan ini dilatarbelakangi karena manusia merupakan makhluk sosial dan makhluk ekonomi sekaligus oleh karena itu jika ada persoalan sosial di suatu desa atau daerah maka akan mudah diterima dan dijalankan menjadi sebuah prototipe jika solusi tersebut juga mendatangkan keuntungan ekonomi selain menyelesaikan persoalan sosial karena berangkat dari pemahaman bahwa manusia adalah makhluk two in one atau makhluk ekonomi dan sosial sekaligus.
Kegiatan kewirausahaan sosial di Kabupaten Semarang tempat kami berdomisili ada beragam usaha yang kami format dalam bentuk program wisata bisnis yaitu orang berwisata sambil menumbuhkan potensi bisnis. Para wisatawan pulang membawa tiga hal penting yaitu inspirasi, metodologi dan kolaborasi selain oleh-oleh fisik khas daerah kunjungan.
Ada 4 tema yang diusung workshop wisata bisnis kami di kecamatan berbeda antara lain Jejamuran Holistik Ungaran, Konservasi Lingkungan Rawa Pening Banyubiru, Stunting Buster Ramah Investasi dan Ramah Lingkungan Jambu, dan Bumi Intanparijaga Bandungan.
Pada workshop wisata bisnis jejamuran holistik Ungaran, kami mengemas berbagai kegiatan mulai dari produksi beglog jamur tiram, budidaya jamur tiram di skala kumbung dilanjut wisata kuliner serba jamur lalu pengolahan limbah beglog jamur untuk media budidaya cacing tanah untuk produksi pupuk bekas cacing/ kascing, hingga budidaya bunga matahari dengan pupuk kascing. Nilai tambah pada kegiatan ini yaitu mencari strategi dalam rangka membantu petani memperpanjang jalur rezeki/pendapatan lewat komoditi jamur tiram dengan pendekatan diferensiasi usaha sehingga petani memiliki kegiatan ekonomi produktif dengan income yang relatif lebih banyak dan lebih besar. Inovasi pada program ini adalah bagaimana jamur tiram diproduksi menjadi olahan kuliner yang bergizi untuk mengatasi stunting dan menekan penyakit kronis di negara ini. Pencapaian saat ini adalah tim kuliner sudah bisa membuat olahan susu jamur tiram yang akan diolah menjadi bahan baku ice cream dan yoghurt jamur tiram untuk membantu tim kesehatan di desa mendistribusikan ke masyarakat dengan harga yang ekonomis serta melatih masyarakat untuk produksi secara mandiri di skala rt/rw.
Pada workshop wisata bisnis konservasi lingkungan Rawa Pening Kecamatan Banyubiru. Yaitu membuat desain program Desa pelopor konservasi lingkungan sebagai Desa pembelajar pengelolaan sampah organik dan sampah non organik demi misi konservasi lingkungan. Pengolahan sampah organik dengan agen hayati maggot serta dukungan teknologi local genuine diharapkan dapat menjadi inspirasi dan metodelogi bagi para penggiat lingkungan di manapun berada. Dampak sosial yang diharapkan adanya perbaikan dalam pengolahan sampah hingga menghasilkan pakan murah untuk peternakan baik unggas, ikan dan burung serta mewujudkan produksi pupuk organik dari sampah rumah tangga untuk kebutuhan pertanian urban farming atau perkebunan dengan memanfaatkan lahan teras rumah/pekarangan rumah demi ketahanan pangan rumah tangga. Pada workshop ini juga memberdayakan para pengrajin enceng gondok UMKM lokal peternakan lokal hingga petani holtikultura yaitu anggur impor yang ditanam dengan sistem tabulampot. Tidak lupa kami juga bekerjasama dengan provider wisata lokal untuk lebih mengenalkan Rawa Pening sebagai 1 dari 15 danau air tawar penting di Indonesia yang secara produktivitas Rawa Pening mendukung kebutuhan PDAM dan PLTA, pengairan irigasi sawah pariwisata hingga peternakan ikan maupun udang. Harapan kami Rawa Pening dikelola dengan pendekatan yang lebih organik yaitu berbasis pada partisipasi masyarakat yang tinggal di desa-desa satelit kawasan Rawa Pening. Mereka adalah masyarakat di kecamatan Bawen Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Tuntang.
Workshop wisata bisnis Stunting Buster ramah investasi dan ramah lingkungan di desa jambu Kidul (star Link jadul) Kecamatan Jambu. Pada workshop ini terdapat konten budidaya maggot berdampingan dengan budidaya lele dalam kolam teknis (kolam yang diatur irigasinya agar zero waste limbah ikan) dan peternakan unggas (ayam, bebek, mentok. Hasil riset peternak menemukan bahwa dampak dari pemberian maggot bsf sebagai pakan tambahan kepada ternak yaitu unggas dan ikan menjadikan ternak tahan terhadap penyakit serta suhu lingkungan yang berubah-ubah hingga rasa daging yang lebih gurih karena faktor protein tertentu pada tubuh ternak yang diolah sebagai makanan serta rasa amis yang berkurang sehingga hal ini menumbuhkan minat makan bagi para wisatawan yang berkunjung untuk belajar dan mencicipi hasil ternak dengan pemanfaatan maggot bsf sebagai pakan ternak tambahan. Secara matematis penggunaan maggot bsf sebagai pakan tambahan pada ternak berhasil menekan biaya produksi sehingga margin keuntungan usaha bisa diperbesar atau diperbanyak. Tagline usahanya salah satunya yaitu membikin lele semurah tempe untuk membantu para tetangga demi akses gizi yang mudah dan terjangkau sehingga berkontribusi dalam intervensi Penanganan stunting pada bayi maupun membantu masyarakat dalam mengurangi penyakit kronis seperti hipertensi, asam urat, diabetes melitus, stroke hingga penyakit jantung.
Selanjutnya workshop bumi intanparijaga (Bandungan untuk masyarakat Indonesia integrasi pertanian-pariwisata-jasa dan perdagangan). Kami gunakan komoditi bunga matahari sebagai alat dongkrak ekonomi agrobisnis masyarakat Bandungan yang masyarakatnya awal menggunakan bunga matahari sebagai bunga potong/bunga segar maka narasi komoditinya kami perpanjang hingga menghasilkan kuaci bunga matahari yang ternyata memiliki nilai strategis dalam agrobisnis dan agroindustrinya. Bunga matahari setelah kami riset selama 2 tahun ternyata memiliki banyak jalur rezeki (multi revenue stream) yang menjadi jalan bagi ikhtiar kami untuk menyejahterakan petani dan keluarganya. Konsepnya kami buat dalam agrowisata bisnis bunga matahari 8 jalur rezeki mulai dari wisata selfie kemudian nanti penjualan pada ragam hasil perkebunan bisa berupa benih, bibit, media tanam pupuk pertanian serta pestisida nabatinya. Tidak lupa jika ditanam di skala luas/hektaran di tahap berikutnya maka menghasilkan jalur rezeki panen yang sebagaimana kita kenal pada aktivitas pertanian. Pun bunga matahari juga bisa menghasilkan jalur rezeki lain yaitu wisata edukasi bisnis dan sekolah komunitas agribreneur. Jadi untuk menghasilkan berbagai jalur rezeki kita bisa menempuh cara mengkapitalisasi potensi pada petani tidak sekedar pada produk barang yang dihasilkan namun juga bisa mewujudkan produk jasa yang dimanfaatkan oleh orang lain.
Jika kita melihat lebih detil maka dari 8 jalur Rezeki itu ada 3 jalur rezeki dari penjualan jasa dan 5 jalur rezeki dari penjualan barang hasil komoditi pertanian.
Kami sebagai promotor memiliki kewajiban untuk melatih para mentor yang terdiri dari para petani dan peternak untuk menjadi public speaker, ilmuwan dalam bidang terapan sederhana dan menjadi mentor bisnis. Berbagai program workshop di atas tentu menarik bagi banyak pihak terutama kampus/perguruan tinggi, sekolah komunitas sehingga institusi pendidikan hingga perbankan.
Kami berharap berbagai ragam workshop tersebut bisa menjalin kolaborasi pentahelix yaitu dengan pemerintah daerah setempat, pengusaha, komunitas, serta media media sosial maupun media mainstream.
Kewirausahaan sosial membantu kewirausahaan komersial untuk menstabilkan faktor-faktor produksi yang penting dalam kegiatan ekonomi menuju kemandirian bangsa. Adapun dampak sosial yang diharapkan semakin membaik dengan adanya kewirausahaan sosial yaitu perbaikan mutu atau kapasitas pada aspek kehidupan antara lain lingkungan sosial, manusia, finansial, alam, fisik dan pengembangan riset.
Terakhir, izinkan kami menyampaikan tentang bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendekatan kewirausahaan sosial dengan model pendapatan ebisgrasi (ekosistem bisnis terintegrasi pada komoditi bunga matahari). Sempat dibahas pada ulasan di atas tentang komoditi bunga matahari yang ternyata memiliki banyak jalur rezeki mulai dari wisata selfie kemudian terbuka peluang penjualan pada ragam produk berupa benih, bibit, media tanam, pupuk, pestisida nabati hingga budidaya lebah klanceng yang menghasilkan produk berupa madu, propolis bipolen dan royal jelly. Adapun dilanjutkan dengan jalur rezeki dari wisata edukasi bisnis, panen kuaci bunga matahari, pengolahan hasil panen kebun bunga matahari hingga penyelenggaraan sekolah komunitas agrireneur bunga matahari. Adapun berdasarkan kegiatan komunitas Keluarga Matahari yang linknya terlampir sebagai berikut : https://chat.whatsapp.com/Hc7Fxy6OE5Q3kIDg86bOkQ diperoleh pengalaman teman-teman di lapangan diantara lain yaitu daun bunga matahari dapat digunakan sebagai bahan pengisi rokok atau pengganti tembakau dengan kandungan nikotin hampir 0%, kelopak bunga matahari yang berwarna kuning bisa digunakan juga untuk pengganti teh atau minuman herbal. Serta manfaat khusus pada bunga matahari yaitu untuk pakan ternak, obat herbal, penyeimbang ekosistem tanah peningkatan porositas tanah hingga produk furniture khusus. Golden bisnis pada agrobisnis komoditi ini yaitu pada kuacinya untuk digunakan sebagai bahan minyak herbal maupun minyak kecantikan/kerupawanan.
Hal ini tentu berangkat dari kandungan nutrisi pada kuaci bunga matahari yang mengandung kolagen, omega 3,6,9 serta berbagai senyawa kimia baik yang berguna untuk kesehatan manusia.
Demikianlah sekilas wawasan dari makalah kami tentang strategi kewirausahaan membangun kemandirian bangsa dengan berfokus pada pembangunan kewirausahaan sosial untuk menguatkan kewirausahaan komersial sebagai pondasi menguatkan ekonomi nasional terutama ketersediaan pangan sumber daya manusia yang cerdas sehingga turut dalam program pembangunan nasional menuju pada kemandirian bangsa sehingga meningkatkan daya guna dan daya saing Indonesia di kancah internasional. Semoga ikhtiar kita membangun ekosistem Kewirausahaan Nasional menuju Kemandirian Bangsa dimudahkan dan dilancarkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, aamiin.
Penulis
Mentor sosiopreneur
Promotor wisata bisnis
Founder keluarga matahari
Iwan Budiono
+62 823 24 15 6168
Leave a Reply